MAKASSAR - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Kota Makassar melaksanakan agenda silaturahmi sekaligus diskusi santai bertajuk "Coffee Morning" di akhir tahun 2022.
Silaturahmi PII Makassar tersebut dilaksanakan di Cafe Hai Hong Makassar, Sabtu 31 Desember 2022, kemarin dan dihadiri oleh segenap anggota kepengurusan PII Kota Makassar.
Pada kesempatan itu, PII menghadirkan sejumlah pakar bidang Sumber Daya Air dan Mitigasi Bencana.
Dalam diskusi yang berlangsung selama kurang lebih 4 jam itu membahas kejadian banjir Kota Makassar, Sulawesi Selatan saat ini.
Secara wilayah adminitrasi Kota Makassar yang dibentangi dua buah sungai besar yakni Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo, terlihat perbedaan kondisi wilayah selama terjadinya hujan panjang kurang lebih seminggu terakhir, terkhusus Makassar bagian timur tepatnya daerah kawasan DAS Sungai Tallo.
Bahkan diakui warga, kejadian banjir memaksa mereka mengungsi ke masjid hingga 7 hari lamanya.
Pakar Sumber Daya Air PII Makassar menilai bahwa perlu ada kajian dalam lingkup makro (Wilayah) dan sistem mikro (Kota Makassar) secara terintegrasi.
Selain itu, pakar Sumber Daya Air PII Makassar juga memberikan sejumlah faktor penyebab banjir di Makassar, salah satunya adalah curah hujan yang tinggi hingga mencapai 300 mm berdasarkan data hujan 20 tahun.
" Penanganannya masih bersifat parsial pasca terjadinya banjir, kapasitas DAS yang semakin kecil diakibatkan pertumbuhan kawasan yang tidak bisa dihindari di Kota Metropolitan ini dan pengaruh pasang surut air laut yang berdampak pada perubahan tinggi muka air yang selanjutnya menjadi masalah pada arah aliran air permukaan, " tambah pakar Sumber Daya Air PII Makassar.
Sementara itu, pihak dari pakar Mitigasi Bencana yang juga hadir dalam diskusi itu berbicara berdasarkan simulasi pengaliran air permukaan Kota Makassar berdasarkan peta DAS, kondisi topografi dan infrastruktur tata kelola kelebihan air permukaan.
Baca juga:
Dirgahayu ke 103 Tahun Damkar Kota Parepare
|
Dengan tegas, pakar menyimpulkam bahwa Kolam Regulasi Nipa-Nipa hanya mampu menampung 30% air permukaan, sehingga Makassar butuh Kolom Retensi skala besar.
"Bahkan apabila kondisi ini tidak tertangani dengan baik, dikhawatirkan akan berdampak pada daerah TPA yang berada di kawasan timur Makassar yang akan menjadi sumber endemik kepada masyarakat yang memanfaatkan sumber air sungai Tallo. Hal ini sangat perlu dihindari dan segera disikapi, " tuturnya.
Lewat diskusi tersebut, PII Makassar melalui bidang Sumber Daya Air dan Mitigasi Bencana memaparkan sejumlah solusi terhadap bencana banjir yang terjadi setiap tahun dan berdampak banjir semakin tinggi, dalam waktu lama dan semakin meluas.
Adapun sejumlah solusi terkait banjir di Makassar, menurut PII Makassar, di antaranya implementasi IWRM (Integrated Water Resources Management), Revitalisasi Sungai Tallo, Kolam Retensi, Waduk tunggu, sistem infiltrasi, dan perlunya direvisi sistem tata air mikro Kota Makassar.
"Hilirisasi penelitian oleh para peneliti dan aplikasi konsep penanganan diharapkan mampu diaktualisasikan bersama Pemerintah Kota Makassar, Kabupaten/Kota dalam kawasan dan Balai Besar Sungai Pompengan Jeneberang.
PII Makassar merasa terlibat dan diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini menuju Makassar Kota Dunia, " pungkas pihak PII Makassar. (Rls)